Selasa, 28 Desember 2010

Nenekku Okem oleh: Iwan Fals


Nenekku manis umur setengah abad
Masih lincah bagai bola bekel
Rambutnya panjang hitam ikal dipikok
Di salon lisa asal Rangkasdengklok

Paling tak suka pakai kain kebaya
Atau rambut digulung konde
Sebab katanya tak bebas dia bergerak
Gerah sebuah alasan

Nenekku orang hebat
Sanggup koprol bagaikan atlet
Napasnya panjang bak napas kuda
Lari Jakarta - Bandung setiap pagi pulang pergi

Main bola sehari tiga kali
Tari kejang menambah energi

Kalau kubilangin jangan terlalu agresif
Namun malah ngeledek kuno
Nenekku makin hot menari sambil salto
Hampir hampir setiap menit

Di rumah atau di jalan
Di pasar atau di trotoar
Hi hi hi hi hi hi hi hi

Habis ambil pensiun mampir ke toko kaset
Cari lagu baru yang ‘up to date’
Kuping pakai headphone badan tak bisa diam
Ikuti tempo ‘break dance’ tersayang

Persetan orang lihat masa bodo nyengir
Konsentrasi dia tak goyah
Setelah selesai dengar lagu sekaset
Lalu dia menuju kasir

Bayar satu bawa tiga
Yang dua mampir di jaket
Yang dua mampir di jaket

Nenekku okem
Nenekku okem
Nenekku okem
Nenekku okem

Selasa, 21 Desember 2010

Negeri Kaya Iwan fals


Lagu ini adalah hasil akhir dari perjalanan dan perenungan Iwan Fals ke beberapa kota dalam rangkaian Road Show 'KESEIMBANGAN - Oi, Menanam bersama Iwan Fals & Band' di 6 kota Pulau Jawa (28 Juni - 12 Juli 2010). Lirik yang inspirasinya datang saat Iwan Fals berziarah ke makam Bung Karno di Blitar. Ini adalah salah satu lagu terbaru Iwan Fals yang belum ada di rekaman.

Negeri Kaya
Iwan Fals (2010)

Negeri ini memang kaya
Kaya orangnya, kaya binatangnya
Negeri ini memang kaya
Kaya alamnya, kaya budayanya
Negeri ini memang kaya
Kaya pejabatnya, kaya penjahatnya
Negeri ini memang kaya
Kaya idenya, kaya sejarahnya
Negeri ini memang kaya

Hei, Bung Karno...
Aku bersimpuh di makammu
Hei, Bung Karno...
Nyenyakkah tidur abadimu
Kudatang mengganggu istirahatmu

Negeri ini memang kaya
Kaya rakyatnya yang menangis diujung parang
Kaya harapan, kaya agamanya

Merah putih termangu
Terkulai berdebu dipojok gedung bekas penjajah
Pancasila meronta
Garuda tertatih melayang pergi
Negeri ini memang kaya

Hei, Bung Karno...
Aku bersimpuh di makammu
Sebarkan kembang ibu yang letih
Hei, Bung Karno...
Nyeyakkah tidur abadimu
Inikah nyanyian kecewa
Hei, Bung Karno...
Aku bersimpuh di makammu
Akankah kisahmu menjadi api
Hei, Bung Karno...
Nyenyakkah tidur abadimu
Dingin yang aneh menyiksa negeri

Merah putih termangu
Terkulai berdebu dipojok gedung bekas penjajah
Pancasila meronta
Garuda tertatih melayang pergi
Negeri ini memang kaya

Hei, Bung Karno...
Aku bersimpuh di makammu
Maafkanlah aku yang cengeng
Hei, Bung Karno...
Nyeyakkah tidur abadimu
Tularkan keberanianmu itu
Hei, Bung Karno...
Aku bersimpuh di makammu
Suaramu menggelegar di kalbu
Hei, Bung Karno...
Nyeyakkah tidur abadimu
Biarlah mimpi itu kan nyata

Negeri ini memang kaya
Kaya penguasanya yang miskin hatinya
Kaya marahnya Indonesia Raya
Negeri ini memang kaya

http://iwanfalsmania.blogspot.com/2010/11/negeri-kaya.html

Biografi Iwan Fals


Aku lahir tanggal 3 September 1961. Kata ibuku, ketika aku berumur bulanan, setiap kali mendengar suara adzan maghrib aku selalu menangis. Aku nggak tau kenapa sampai sekarang pun aku masih gambang menangis. Biar begini-begini, aku orangnya lembut dan gampang tersentuh. Sebagai contoh, menyaksikan berita di televisi yang memberitakan ada orang sukses lalu medapatkan penghargaan atas prestasinya, aku pun bisa menangis. Melihat seorang ibu yang menunjukkan cinta kasihnya pada anaknya, juga bisa membuat aku tersentuh dan lalu menangis.

Bicara perjalanan karir musikku, dimulai ketika aku aktif ngamen di Bandung. Aku mulai ngamen ketika berumur 13 tahun. Waktu itu aku masih SMP. Aku belajar main gitar dari teman-teman nongkrongku. Kalau mereka main gitar aku suka memperhatikan. Tapi mau nanya malu. Suatu hari aku nekat memainkan gitar itu. Tapi malah senarnya putus. Aku dimarahi.

Sejak saat itu, gitar seperti terekam kuat dalam ingatanku. Kejadian itu begitu membekas dalam ingatanku.

Dulu aku pernah sekolah di Jeddah, Arab Saudi, di KBRI selama 8 bulan. Kebetulan di sana ada saudara orang tuaku yang nggak punya anak. Karena tinggal di negeri orang, aku merasakan sangat membutuhkan hiburan. Hiburan satu-satunya bagiku adalah gitar yang kubawa dari Indonesia. Saat itu ada dua lagu yang selalu aku mainkan, yaitu Sepasang Mata Bola dan Waiya.

Waktu pulang dari Jeddah pas musim Haji. Kalau di pesawat orang-orang pada bawa air zam-zam, aku cuma menenteng gitar kesayanganku. Dalam perjalanan dalam pesawat dari Jeddah ke Indonesia, pengetahuan gitarku bertambah. Melihat ada anak kecil bawa gitar di pesawat, membuat seorang pramugari heran. Pramugari itu lalu menghampiriku dan meminjam gitarku. Tapi begitu baru akan memainkan, pramugari itu heran. Soalnya suara gitarku fals. "Kok kayak gini steman-nya?" tanyanya. Waktu itu, meski sudah bisa sedikit-sedikit aku memang belum bisa nyetem gitar. Setelah membetulkan gitarku, pramugari itu lalu mengajariku memainkan lagu Blowing in the Wind-nya Bob Dylan.

Waktu sekolah di SMP 5 Bandung aku juga punya pengalaman menarik dengan gitar. Suatu ketika, seorang guruku menanyakan apakah ada yang bisa memainkan gitar. Meski belum begitu pintar, tapi karena ada anak perempuan yang jago memainkan gitar, aku menawarkan diri. "Gengsi dong," pikirku waktu itu. Maka jadilah aku pemain gitar di vokal grup sekolahku.

Kegandrunganku pada gitar terus berlanjut. Saat itu teman-teman mainku juga suka memainkan gitar. Biasanya mereka memainkan lagu-lagu Rolling Stones. Melihat teman-temanku jago main gitar, aku jadi iri sendiri. Aku ingin main gitar seperti mereka. Daripada nggak diterima di pergaulan, sementara aku nggak bisa memainkan lagu-lagu Rolling Stones, aku nekat memainkan laguku sendiri. Biar jelek-jelek, yang penting lagu ciptaanku sendiri, pikirku.

Untuk menarik perhatian teman-temanku, aku membuat lagu-lagu yang liriknya lucu, humor, bercanda-canda, merusak lagu orang. Mulailah teman-temanku pada ketawa mendengarkan laguku.

Setelah merasa bisa bikin lagu, apalagi bisa bikin orang tertawa, timbul keinginan untuk mencari pendengar lebih banyak. Kalau ada hajatan, kawinan, atau sunatan, aku datang untuk menyanyi. Dulu manajernya Engkos, yang tukang bengkel sepeda motor. Karena kerja di bengkel yang banyak didatangi orang, dia selalu tahu kalau ada orang yang punya hajatan.

Di SMP aku sudah merasakan betapa pengaruh musik begitu kuat. Mungkin karena aku nggak punya uang, nggak dikasih kendaraan dari orang tua untuk jalan-jalan, akhirnya perhatianku lebih banyak tercurah pada gitar. Sekolahku mulai nggak benar. Sering bolos, lalu pindah sekolah.



Aku merasakan gitar bisa menjawab kesepianku. Apalagi ketika sudah merasa bisa bikin lagu, dapat duit dari ngamen, mulailah aku sombong. Tetapi sesungguhnya semuanya itu kulakukan untuk mencari teman, agar diterima dalam pergaulan.

Suatu ketika ada orang datang ke Bandung dari Jakarta. Waktu itu aku baru sadar kalau ternyata lagu yang kuciptakan sudah terkenal di Jakarta. Maksudku sudah banyak anak muda yang memainkan laguku itu. Malah katanya ada yang mengakui lagu ciptaanku.

Sebelum orang Jakarta yang punya kenalan produser itu datang ke Bandung, aku sebetulnya sudah pernah rekaman di Radio 8 EH. Aku bikin lagu lalu diputar di radio itu. Tapi radio itu kemudian dibredel.

Setelah kedatangan orang Jakarta itu, atas anjuran teman-temanku, aku pergi ke Jakarta. Waktu itu aku masih sekolah di SMAK BPK Bandung. Sebelum ke Jakarta aku menjual sepeda motorku untuk membuat master. Aku tidak sendirian. Aku bersama teman-teman dari Bandung: Toto Gunarto, Helmi, Bambang Bule yang tergabung dalam Amburadul.

Kami lalu rekaman. Ternyata kasetnya tidak laku. Ya, sudah, aku ngamen lagi, kadang-kadang ikut festival. Setelah dapat juara di festival musik country , aku ikut festival lagu humor. Kebetulan dapat nomor. Oleh Arwah Setiawan (almarhum) lagu-lagu humorku lalu direkam, diproduseri Handoko. Nama perusahaannya ABC Records. Aku rekaman ramai-ramai, sama Pepeng (kini pembawa acara kuis Jari-jari, jadi MC, dll), Krisna, dan Nana Krip. Tapi rekaman ini pun tak begitu sukses. Tetap minoritas. Hanya dikonsumsi kalangan tertentu saja, seperti anak-anak muda.

Akhirnya aku rekaman di Musica Studio. Sebelum ke Musica, aku sudah rekaman sekitar 4 sampai 5 album. Setelah rekaman di Musica itu, musikku mulai digarap lebih serius. Album Sarjana Muda, misalnya, musiknya ditangani Willy Soemantri.

(dikutip dari iwanfals.co.id)


Nama asli: Virgiawan Listanto
Nama populer: Iwan Fals
Nama panggilan: Tanto
Tempat tgl. lahir: Jakarta, 3 September 1961
Alamat sekarang: Jl. Desa Leuwinanggung No. 19 Cimanggis,
Bogor Jawa Barat - Indonesia


Pendidikan:
SMP 5 Bandung,
SMAK BPK Bandung,
STP (Sekolah Tinggi Publisistik, sekarang IISIP),
Institut Kesenian Jakarta (IKJ)

Orang tua: Lies (ibu), alm. Sutopo (ayah)
Isteri: Rosanna (Mbak Yos)
Anak:
Galang Rambu Anarki (almarhum)
Anissa Cikal Rambu Basae
Rayya Rambu Robbani

Hobi: sepakbola, karate

CUMA DALAM IMPIAN


Katamu, aku adalah matahari pagimu…. Yang hangat sinarnya menemanimu bercinta pada meja sarapan pagimu. Yang cahayanya akan terangi langkahmu sambil berpegangan tangan (denganku tentu saja) menyusuri lorong berliku dalam perjalanan panjang penuh misteri….
Katamu, aku adalah biji matamu. Yang membuatmu dapat melihat gairah kehidupan yg selama ini telah padam (tapi kini jadi penuh bara). Yang menuntunmu terbang melayang menuju langit biru tempat kamu menemukan cinta yang menggetarkan dan membuatmu mengenal keindahan semesta….
Katamu, aku adalah napas kehidupanmu. Yang membuatmu dapat bertahan melewati hari-hari lelah dan rumit. Yang membuatmu jadi kembali punya rasa tentang rindu. Rindu pada cinta gila yang menghempaskan dan rindu yang menyesakkan. Rindu yang membuatmu tak berdaya karena setengah mati inginkan aku. Rindu yang membuatmu menanti hari esok penuh janji untuk leburkan mimpi dan impian jadi ‘ada’ dan sebenarnya….